Faidah ke-71 Ilmu Imla'
Faidah ke-71 Ilmu Imla'
HURUF - HURUF YANG DITAMBAHKAN PADA TULISAN/KATA
(الحروف التي تُـزاد في الكِتَابَةِ)
A. Pengertian Huruf yang Ditambahkan Pada Tulisan
Pada dasarnya penulisan bahasa Arab harus sesuai antara yang tertulis dengan yang terucap tanpa harus ada penambahan maupun pengurangan, namun disana ada kata-kata yang memiliki keserupaan bentuk terkhusus sebelum adanya nuqoth ataupun tasykil/syakl (tanda penitikan dan tanda-tanda baca), maka didatangkanlah huruf-huruf tertentu untuk membedakan kata-kata yang memiliki bentuk serupa atau untuk tujuan lainnya seperti agar bisa melafazhkan kata yang diawali dengan sukun.
Sebagian ulama menyebut bab ini dengan judul “Huruf-huruf yang ditulis pada kata namun tidak dibaca.” (فِيمَا يُكْتَبْ ولا يُنْطَقُ)
( Seperti yang dilakukan oleh ‘Allamah Syaikh Muhammad bin Sholih ‘Utsaimin pada kitab beliau “Qowa’id Fil Imla’ : 12-13” )
B. Jenis-jenis Huruf yang Ditambahkan Pada Tulisan / Kata
1. Alif
a. Penambahan Alif di Tengah Kata
1) Alif ditambahkan pada tengah kata pada kata-kata berikut :
مِائَةٌ, مِائَتَانِ, ثَلَثُمِائَةٍ, أَرْبَعُمِائَةٍ …. sampai تِسْعِمِائَةٍ
Catatan :
Asal مِائَةٌ adalah مِئَةٌ, alif ditambahkan padanya membedakan kata tersebut dengan مِنْهُ (menurut pendapat ulama ahli Bashroh), atau فِئَةٌ (menurut ulama ahli Kuffah) [1]
Berkata Abu Hayyan رحمه الله : “Dan aku sering menulis kata مِئَةٌ tanpa alif seperti menulis "فِئَةٌ" dikarenakan penulisan "مِائَةٌ" dengan alif adalah penulisan yang tidak sesuai dengan qiyas.
Menurut pendapat ulama yang menetapkan tambahan alif pada "مِائَةٌ" mereka berkata : Alif tidak ditambahkan pada bentuk jamak ataupun bentuk nasab/nisbahnya.
مِئَوِيٌّ ، مِئَاتٌ ، مِئُوْنَ
[1] Hal itu dilakukan sebelum adanya nuqoth dan syakl
(pemberian titik dan tanda baca pada huruf-huruf mu’jam/hijaiyyah) namun bentuk tulisan ini (مائة dengan alif) masih dipakai oleh banyak penulis. (mengikuti amalan ahli Bashroh) meskipun setelah adanya penitikan huruf-huruf hijaiyyah sehingga sebagian orang awam salah dalam melafazhkannya “مَائَة”. Tentunya ini menjadi perkara yang jelek. Pendapat yang paling kuat untuk diamalkan sekarang adalah tidak menambah alif pada lafazh "مِئَةٌ" dikarenakan telah hilangnya sebab kesamaran dengan lafazh lainnya (karena sudah adanya penitikan pada sebagian huruf ataupun harakat jaman sekarang), dan ini pendapat yang dipilih oleh ahli nahwu Abu Hayyan رحمه الله yang banyak dipraktikkan oleh para pengkaji ilmu bahasa Arab diwaktu sekarang....
Diambil dari kitab " Qowaidul imla' ; Kaidah-kaidah penulisan baku bahasa Arab ".
Ust. Abu Muhammad fadhl حفظه الله ( Semoga Alloh Ta'ala memberi kemudahan untuk menerbitkan kitab ini dalam waktu dekat,amiin).
https://t.me/ilmushorf/185
http://Telegram.me/Ilmushorf